Friday, March 20, 2020

Albert Camus dan Absurdisme




            Ketika kita mempelajari kehidupan suatu tokoh yang berpengaruh di dunia tidak berarti kita harus menerima semua ajarannya atau pemikirannya. Karena tidak semua hal yang baik di masa lalu fleksibel juga di masa sekarang dan yang akan datang.

            Kesempatan kali ini kita akan membahas tentang Albert Camus (dibaca Kamu) beliau adalah seorang filsuf abad ke 20 lahir 1913-1960 kelahiran al Jazair yang masih dalam penguasaannya Prancis dan ia terlahir dalam keluarga miskin dan sakit-sakitan pula. Camus punya penyakit TBC sejak kecil, namun di masa depannya beliau punya gagasan-gasan yang luar biasa.

            Camus lebih suka disebut pembuat esay daripada filsuf, banyak orang yang menyebutnya eksistensialis namun dia tidak mau disebut seperti itu. Beliau pernah ikut partai komunis namun sempat juga mengkritik komunis karena ada berbagai macam hal yang mengganggu idealismenya.

            Ketika Camus mendapatkan nobel penghargaan, beliau mengatakan: “Perasaan apa yang harus aku rasakan, saat menerima kehormatan ini, di saat yang sama banyak penulis di eropa yang tidak boleh ngomong (dibungkam). Dan bahkan saat ini negaraku (al Jazair) tempat kelahiranku sedang mengalami sakit yang tidak berakhir (karena sedang dijajah oleh Prancis)”.

            Dari ungkapan beliau bisa kita nilai bahwa pergolakan hidup beliau. Hidup yang sedari kecil susah, sakit-sakitan dan negaranya dijajah pula, beliau berjuang demi kemajuan hidupnya. Dan pada akhirnya beliau mengungkapkan bahwa hidup ini absurd (konyol/gak jelas/gajebo) tidak bisa ditebak.

            “Di manapun di sudut-sudut jalan merasa absurd bisa menampar wajah siapapun” merasa absurd itu mempertanyakan suatu hal yang rumit untuk dijwab dan dimengerti. “aku hidup untuk apa?” “ngejar kebahagiaan, gak dapet dapet juga” “aku hidup buat apasih” itulah merasa absurd. 
Ketika kamu mempertanyakan  hal-hal yang berkaitan dengan eksistensimu kamu akan menemukan keabsurdan itu. Nah begitulah mengapa kehidupan ini begitu absurd. Inilah gagasan besar Albert Camus.  

            Hidup ini tidak  pernah kita harapkan, tiba-tiba hidup kita seperti ini. Kita tidak pernah meminta hidup seperti ini. Kita telah merencanakan sesuatu, tapi dikemudian hari rencana-rencana itu tidak kesampaian.

“Dunia ini tidak serapi apa yang kita pikirkan, namun kita selalu ingin menjelaskan dunia ini secara mutlak, secara pasti.” Kita selalu dirisaukan akan hal ini, kita bertengkar tentang konsep yang tidak ada ujungnya.

Orang tua kita mati-matian untuk kita, kita mati-matian mencari nafkah, menyekolahkan dan mengurus anak-anak kita supaya sukses dan seterusnya sampai anak-anak kitapun seperti itu polanya. Bagaimana kita bisa merasakan kebahagiaan jika polanya sama.

Manusia membuat aturan sendiri, repot sendiri, dirubah sendiri, gagap dan gugup sendiri terus saja seperti itu. Dan energi kita habis untuk hal ini. Hiduplah sesuai apa yang kita sanggupi, jangan buat standar-standar yang malah kita khianati sendri. Itulah salah satu gagasan yang ingin dikumandang Camus.

Albert Camus meninggal pada tahun 1960an karena kecelakaan.
“Jika kamu masih mencari kebahagiaan, maka sampai kapanpun kamu tidak akan bahagia".
Sampai di sini tulisan ini berhenti, jika ada saran dan masukan silahkan tulis di kolom komentar.





0 comments:

Post a Comment