Thursday, September 21, 2017

Suatu hal yang bernama IKHLAS




Seorang bijak pernah berkata "Tidak ada yang lebih menguras kesungguhanku, selain bersungguh-sungguh untuk berbuat IKHLAS."

Dari perkataan orang bijak tersebut,  kita dapat menyimpulkan bahwa Ikhlas adalah salah satu amalan yang tidak mudah dilakukan bagi setiap manusia bahkan oleh orang 'alim sekalipun.
Kebanyakan manusia sering terjebak dalam kubangan kesengsaraan yang dinamakan "riya" (bukan berarti saya terlepas dari hal itu)

Riya adalah suatu penyakit hati yang berbahaya yang mampu merusak hati tanpa kita sadari. Dan hal ini pula yang membuat kita selalu ingin diperhatikan oleh manusia. Perbuatan kita selalu ingin ditanggapi baik oleh manusia. Hal itu sekilas memang baik, tetapi jika niat kita sudah terpaut pada sudut pandang manusia dan meniadakan niat ikhlas Lillahi ta'ala (melakukan sesuatu hanya karena Allah saja) maka kesengsaran bagi jiwa akan jadi jaminannya.

Berhati-hatilah terhadap penyakit ini, perbanyaklah meminta perlindungan dan ampunan
dari sifat-sifat yang membinasakan.
Semoga Allah memberikan sakinah dan rahmahNya kepada kita semua.

~ Shoffan Banany




Wednesday, September 13, 2017

DIALEKTIKA

                    


Bismillah...
Ini adalah tulisan saya dua tahun lalu, dalam kesenjangan ilmu yang amat sangat sampai sekarangpun masih seperti itu. Semoga tulisan yang kita baca ini mampu memberikan manfaat. Jika tidak.. silahkan lemparkan ke tong sampah.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Dialektika sederhananya bisa kita sebut Logika gerak atau pemahaman yang mencakup umum.
Kita semua tahu bahwa benda-benda atau suatu permasalahan pastilah berubah-ubah tak tetap. Artinya bila kita melihat, memahami dalam memecahkan suatu permasalahan hanya pada satu titik saja, pastilah kita akan mendapatkan hasil yang kurang tepat atau keliru.
Berbeda lagi dengan Logika formal yang didasarkan pada "hukum identitas" bahwa suatu hal atau benda-benda adalah tetap dan yang sejatinya benda tersebut berposisi tak berubah. Segala sesuatunya haruslah pasti, jika X itu adalah X bukan non X. Ya itu Ya, tidak boleh Tidak dan Ya ataupun sebaliknya.

Kita ambil perumpamaan dari tulisan Tan Malaka tentang Dialektika:

Apakah warna sapi itu hitam
atau putih jika dipandang dari sebelah kiri ini? Memang jika hanya satu atau terbatas warna yang dimiliki oleh benda yang tak bergerak, pertanyaan semacam itu dapat dijawab dengan hitam atau putih saja.

Umpamanya sebagian dari sapi itu dipandang dari kiri putih, bukannya hitam. Dan kalau dipandang dari sebelah kanan maka sapi itu sebaliknya, yakni hitam bukannya putih.
Tetapi apakah jawabannya, kalau orang bertanya : Apakah warna sapi itu seluruhnya hitam atau putih? Pertanyaan itu sudah tak dapat lagi dijawab dengan putih saja atau dengan hitam saja.
Tetapi disini dialektika bisa melangkah masuk dan ikut campur memberi jawaban sebagai berikut : Seluruh sapi itu ya putih ya hitam. Atau dengan perkataan lain : Sapi itu belang.

Belum lagi sapi itu menjalani sepanjang umurnya, yakni sejak masa bayi sampai ia menjadi dewasa, ketika warnanya sering mengalami perubahan.
 Dan belum lagi sapi itu digerakkan dengan kecepatan sinar, yaitu 300.000 km perdetik. Dalam hal ini, maka belum tentu warna belang itu bisa memadai. Bukankah pada masa perang dunia kedua penipuan warna (aberation, aberratie) itu, (ialah lantaran pertukaran warna berkenaan dengan sinar, gerakan dan antara), dipakai oleh armada Amerika buat menipu musuhnya? 

Demikianlah, maka sehubungan dengan sesuatu yang sulit (complex) tetapi masih dalam keadaan tak bergerak saja, logika sudah terpaksa meminta bantuan kepada dialektika. Apalagi dalam keadaan bergerak!

Dengan kemegahan dialektika atau ilmu gerak, logika gerak yang menyeluruh, kita dapat memecahkan berbagai macam hal dengan meninjau banyak sudut pandang. Hingga munculah suatu kesimpulan yang lebih terang daripada meninjau dari satu titik saja.
"Teori haruslah tunduk terhadap fakta, bukan fakta yang harus dicocokan dengan teori".