Saturday, February 17, 2018

The suffering of the hypocrite



 Allah subhanahu wata'ala berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لِمَ تَقُولُونَ مَا لَا تَفْعَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan. (Ash-Shaff: 2)

Ini merupakan pengingkaran terhadap orang yang menjanjikan sesuatu janji atau mengatakan sesuatu, lalu ia tidak memenuhinya. Oleh karena itulah maka ada sebagian dari ulama Salaf yang berpendapat atas dalil ayat ini bahwa diwajibkan bagi seseorang menunaikan apa yang telah dijanjikannya secara mutlak tanpa memandang apakah yang dijanjikannya itu berkaitan dengan kewajiban ataukah tidak. Mereka beralasan pula dengan hadis yang disebutkan di dalam kitab Sahihain, bahwa Rasulullah Shalallahu 'alayhi wasallam pernah bersabda:

"آيَةُ الْمُنَافِقِ ثَلَاثٌ: إِذَا حَدَّث كَذَبَ، إِذَا وَعَد أَخْلَفَ، وَإِذَا اؤْتُمِنَ خَانَ"

Pertanda orang munafik ada tiga, yaitu apabila berjanji ingkar, apabila berbicara dusta dan apabila dipercaya khianat.

Di dalam hadis lain yang juga dalam kitab sahih disebutkan pula:

"أَرْبَعٌ مَنْ كُنَّ فِيهِ كَانَ مُنَافِقًا خَالِصًا، وَمَنْ كَانَتْ فِيهِ وَاحِدَةٌ مِنْهُنَّ كَانَتْ فِيهِ خَصْلَة مِنْ نِفَاقٍ حَتَّى يَدَعها"

Ada empat pekerti yang barang siapa menyandang keempat-empatnya, maka dia adalah munafik militan; dan barang siapa yang menyandang salah satunya, berarti dalam dirinya terdapat suatu pekerti orang yang munafik sampai dia meninggalkannya.

Sumber: Tafsir singkat Ibnu Katsir



Alangkah tersiksanya menjadi orang munafik, dia menipu dirinya tanpa sadar dan seolah telah melakukan hal yang benar untuk menunjukan dirinya orang yang baik atau orang yang berprestasi. Di sisi lain, sesungguhnya dia mengetahui kepalsuannya itu, namun dia telah terperdaya dan menikmati kemunafikannya.

Munafikkah diriku? Munafikkah dirimu?...

Berhenti membaca tulisan ini sejenak. Dan tanyakan pada diri "apakah ada sifat kemunafikan itu dalam diri kita? Jika ada, sudah berapa lama ia mengendap dalam jiwa kita? Dan apakah kita tersiksa atau malah menikmatinya?"
Silahkan direnungkan... Tolong jangan anggap pertanyaan ini pertanyaan sepele, seriuslah! Ini untuk kemajuan perbaikan diri kita juga.
.
.


.
.

Semoga sifat munafik itu tidak ada dalam diri kita, jika masih ada, mintalah pertolongan kepada Allah, karena Dialah sebaik-baik penolong.
Sifat munafik adalah siksaan yang tak terasa sakitnya tapi menderita di akhirnya.
Sampai pada paragraf ini yang bisa saya tuliskan, masih banyak kekurangan dan semoga bermanfaat bagi pembaca yang baik seperti anda. Terimakasih-

Shoffan Banany

0 comments:

Post a Comment