Tuesday, November 21, 2017

Mencari Eksistensi Diri (PART 2)



Terjerat dan terbelenggu dalam suatu permasalah dunia yang membingungkan.
Jatuh ke lubang terdalam alam pikiran. Mematung, tak mau bicara dan memang enggan untuk bicara.

Rasa sakit tercipta, entah kapan ia diciptakan. Rasa sakit tak bertuan ini merasuki jiwaku,
jiwa yang hampir terlepas dari cangkangnya. Aku melayang dan mengelilingi puing-puing alam pikiranku, mencari obat untuk melepaskan siksaan yang menjerat ini.

Gelap... tapi aku dapat meraba apa yang tak bisa tanganku sentuh. Di sanalah obat itu kudapatkan, walau entah berapa lama waktu kuhabiskan. Atau mungkinkah aku memasuki zona tak berwaktu?
Aku tak ingat dengan pasti. Aku sangat terpikat dengan ajaibnya tempat itu.

Alam pikiranku sibuk dengan dialognya yang semakin tak terbendung. Waktu pun tak akan cukup untuk mendengar suara yang tercipta. Tidak! Memang tak akan pernah cukup untuk sekedar dirangkum.

Adakah titik terang untuk menjawab kumpulan pertanyaan abstrak dalam benakku ini?  Semuanya masih berbentuk tanda tanya. Walaupun sebagian telah terjawab, tetapi tetap saja belum pantas untuk dikatakan sebagai jawaban. Dalam setiap deru napasku, selalu diserbu oleh perasaan yang membingungkan. Rasa-rasanya jadi serba salah. Dilema!

Dunia... Apakah engkau mengutukku menjadi sebuah tanda tanya dari berserakannya pertanyaan dalam benakku?

Berhenti berharap, adalah sebuah keputusasaan. Aku takkan pernah berhenti berharap. Karena kuyakin segala tujuan hidup akan dihasilkan oleh tekad yang kuat. Sesuai dengan seleksi alam yang ikut mengamininya.

Dimanapun kusimpan kenangan lama yang menyakitkan, dia akan tetap ada dalam bayang dan menjelma menjadi sebuah pelajaran. Di sana terdapat banyak petunjuk, di sana pula aku mendapatkan sedikit kekuatan yang pastinya bermanfaat utnuk bekal hidup. 

Alam pikiranku memang tak selamanya menuntut dunia yang begitu palsu. Namun ketika aku terbangun dari tidur, aku masih merasakan kenikmatan yang tak pernah putus dari Sang Pencipta. Dan tentunya hal ini mengingatkanku terhadap kehidupan setelah kematian.

Aku telah banyak melakukan kesalahan, kesalahan yang tertuju pada perbaikan diri. Hal ini telah kujalani beberapa waktu kebelakang, padahal hanya kesalahan yang sama. Butuh perbaikan untuk selalu dibiasakan, namun berkali-kali terperosok kembali dalam kesalahan yang sama.


0 comments:

Post a Comment