Tuesday, October 3, 2017

Manusia Makhluk Penasaran



Allah subhanahu wata'ala berfirman dalam sebuah hadits qudsi: "... Wahai hamba-hambaKu, kalian semua tersesat, kecuali orang yang Aku beri petunjuk, maka mintalah petunjuk kepadaKu, niscaya Aku akan memberikannya kepada kalian... "
Manusia adalah makhluk yang tersesat dan akan lekat dengan kesesatannya jika Allah berkenan untuk berbuat demikian. Allah menganugerahkan akal dan hati kepada manusia untuk berpikir dan merasakan juga mencari tahu apa yang mereka inginkan.
Manusia selalu dihantui oleh rasa penasarannya dan selalu ingin mengetahui segala hal baru yang mereka temukan. Dan tentu saja Allah membatasi pengetahuan pada setiap makhluk ciptaanNya.

Kita sebagai manusia tidak akan bisa menyamai apalagi melebihi ilmu Allahu rabbul 'alamiin.  Berkelana mengelilingi dunia, mandi kembang tujuh rupa, menyepi di gua, bersemedi, mengurung diri, apapun dan bagaimana pun caranya,  manusia tidak akan pernah mengetahui apa yang Allah ketahui,  kecuali jika Allah mengizinkan dan pengetahuan itu hanya sebatas saja.

Sungguh manusia itu maha tidak berdaya, tapi mengapa kebanyakan dari kita (bukan berarti saya terlepas dari yang kebanyakan ini) lalai atau lupa terhadap kenyataan yang terjadi?  Ketika mempunyai keahlian sedikit saja,  terkadang menjadi tinggi hati,  ingin diperhatikan oleh sesama dan ingin dipuji habis-habisan. Padahal keahlian atau kelebihan itu adalah sebuah titipan,  amanah yang harus  dijaga untuk diarahkan kepada kebaikan dan kebenaran.

Terkadang kita tidak mau mengerti dan tidak mau merendah dihadapan Allah ketika kita sedang menikmati suatu anugerah itu.
Bagaimana kita bisa tinggi hati jika Allah bisa seketika mencabut atau membinasakan semua yang ada pada diri kita. Sebagai makhluk ciptaan-Nya mustahil bagi kita untuk menolak apalagi melawan-Nya. Semua yang terlihat atau teraba maupun yang gaib adalah sebagian kecil dari Penciptaan Yang Maha Kuasa. Semua akan kembali kepada-Nya.
Apa yang menjadikan diri kita bangga terhadap suatu kepalsuan dan membuat kita menjadi lupa kepada-Nya? Mungkinkah kita terpikat oleh dunia ini? Tentu saja jawabannya "YA!" Karena seseorang yang tidak terlalu mengejar kepalsuan dunia akan senantiasa mengingat Sang Pencipta dan tujuan akhir yang lebih membahagiakan daripada alam fana ini.

Manusia memang fitrahnya menyukai Kemewahan, Jabatan, Obsesi yang tak pernah mati, Harta,  Kehormatan dan lain sebagainya, semua itu adalah ujian!
Menyalahkan yang salah lalu dibenarkan dan membenarkan yang benar lalu ditingkatkan. Namun sekarang, kesalahan malah dibela mati-matian dengan sejuta argumen, fakta ilusi dan hukum yang palsu. Agar sesuatu yang dibelanya dapat memberikan kesenangan pada masing-masing mereka.
Tanpa mereka sadari, mereka telah menikmati kesenangan yang sementara dan kesengsaraan yang abadi. Menyedihkan bukan?

Jadi, pergunakanlah akal dengan bijaksana supaya yang direspon oleh akalpun akan melahirkan kebijaksanaan pula. Berbeda dengan akal yang berkarat dan tumpul. Kita akan kesulitan untuk menyaring suatu hal, mana yang baik dan buruk, yang bermafaat dan yang merugikan, yang memberikan ketenangan dan keraguan, yang menguatkan iman dan yang membinasakan. Semuanya kembali kepada diri kita masing-masing.

Bertahan hidup memanglah sulit, tapi apakah kita akan selalu mengimani kata sulit itu? Pasrah kepada kesulitan, taat kepada kesulitan, mengeluh kepada kesulitan, mengadu kepada kesulitan dan mungkinkah kita seorang penyembah rasa sulit itu? Kesulitan bukan untuk dituruti dan dita'ati, tetapi kesulitan itu harus diresapi, cari jalan keluarnya hancurkan dan dibinaskan. Anggaplah dia musuh yang merugikan.

Kata sulit adalah candu bagi seseorang yang telah menjadi korban rasa sulit tersebut. Kesulitan telah menjadi pahlawan baru bagi mereka yang telah berputus asa. Kesulitan adalah anugerah bagi mereka yang tidak mau mencoba hal baru.
Maukah kita membuang pola pikir yang telah usang dan merugikan diri sendiri? Maka dari itu, mari kita tumbuhkan pola pikir yang cerdas dan mau mengakui segala kebodohan, ketidak mampuan diri di hadapan Allah subhanahu wata'ala. Karena Dialah Sang Maha Pemberi semua yang ada padadiri kita dan seluruh alam.

Gunakan akal untuk berpikir tentang KeagunNya,  jangan mentok pada suatu permasalahan yang merenggut keputus asaan dan ketidak berdayaan diri.
Akhir tulisan ini... Perbanyaklah meminta ampunan dan pertolongan kepada Allahu 'azzawajalla...

Kita semua adalah pendosa!

Shoffan Banany




0 comments:

Post a Comment