Ketika
kita mempelajari kehidupan suatu tokoh yang berpengaruh di dunia tidak berarti
kita harus menerima semua ajarannya atau pemikirannya. Karena tidak semua hal
yang baik di masa lalu fleksibel juga di masa sekarang dan yang akan datang.
Kesempatan
kali ini kita akan membahas tentang Albert Camus (dibaca Kamu) beliau adalah
seorang filsuf abad ke 20 lahir 1913-1960 kelahiran al Jazair yang masih dalam
penguasaannya Prancis dan ia terlahir dalam keluarga miskin dan sakit-sakitan
pula. Camus punya penyakit TBC sejak kecil, namun di masa depannya beliau punya
gagasan-gasan yang luar biasa.
Camus
lebih suka disebut pembuat esay daripada filsuf, banyak orang yang menyebutnya
eksistensialis namun dia tidak mau disebut seperti itu. Beliau pernah ikut
partai komunis namun sempat juga mengkritik komunis karena ada berbagai macam
hal yang mengganggu idealismenya.
Ketika
Camus mendapatkan nobel penghargaan, beliau mengatakan: “Perasaan apa yang
harus aku rasakan, saat menerima kehormatan ini, di saat yang sama banyak
penulis di eropa yang tidak boleh ngomong (dibungkam). Dan bahkan saat ini
negaraku (al Jazair) tempat kelahiranku sedang mengalami sakit yang tidak berakhir
(karena sedang dijajah oleh Prancis)”.
Dari
ungkapan beliau bisa kita nilai bahwa pergolakan hidup beliau. Hidup yang
sedari kecil susah, sakit-sakitan dan negaranya dijajah pula, beliau berjuang
demi kemajuan hidupnya. Dan pada akhirnya beliau mengungkapkan bahwa hidup ini
absurd (konyol/gak jelas/gajebo) tidak bisa ditebak.
“Di
manapun di sudut-sudut jalan merasa absurd bisa menampar wajah siapapun”
merasa absurd itu mempertanyakan suatu hal yang rumit untuk dijwab dan dimengerti.
“aku hidup untuk apa?” “ngejar kebahagiaan, gak dapet dapet juga” “aku hidup
buat apasih” itulah merasa absurd.
Ketika kamu mempertanyakan hal-hal yang berkaitan dengan eksistensimu
kamu akan menemukan keabsurdan itu. Nah begitulah mengapa kehidupan ini begitu
absurd. Inilah gagasan besar Albert Camus.
Hidup
ini tidak pernah kita harapkan,
tiba-tiba hidup kita seperti ini. Kita tidak pernah meminta hidup seperti ini. Kita
telah merencanakan sesuatu, tapi dikemudian hari rencana-rencana itu tidak
kesampaian.
“Dunia ini tidak
serapi apa yang kita pikirkan, namun kita selalu ingin menjelaskan dunia ini
secara mutlak, secara pasti.” Kita selalu dirisaukan
akan hal ini, kita bertengkar tentang konsep yang tidak ada ujungnya.
Orang tua kita
mati-matian untuk kita, kita mati-matian mencari nafkah, menyekolahkan dan
mengurus anak-anak kita supaya sukses dan seterusnya sampai anak-anak kitapun
seperti itu polanya. Bagaimana kita bisa merasakan kebahagiaan jika polanya
sama.
Manusia membuat
aturan sendiri, repot sendiri, dirubah sendiri, gagap dan gugup sendiri terus
saja seperti itu. Dan energi kita habis untuk hal ini. Hiduplah sesuai apa yang
kita sanggupi, jangan buat standar-standar yang malah kita khianati sendri. Itulah
salah satu gagasan yang ingin dikumandang Camus.
Albert Camus
meninggal pada tahun 1960an karena kecelakaan.
“Jika kamu masih mencari kebahagiaan, maka
sampai kapanpun kamu tidak akan bahagia".
Sampai di sini tulisan ini berhenti, jika ada
saran dan masukan silahkan tulis di kolom komentar.
0 comments:
Post a Comment